Rabu, 18 Mei 2011

WABAH

Investigasi wabah
Latar belakang
    Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan tahun 1989 wabah berarti penyakit menular  yang berjangkit dengan cepat menyerang sejumlah besar orang didaerah yanga luas. Defenisi wabah juga juga dikealuarkan oleh deparrtemen kesehatan dan departemen kehakiman kare3na wabah ini menyangkut kesejahteraan rakyat banyak dan  harus segera di tanggulangi, sehinggga ada undang-undangnya. Beberapa defenisi wabah diberikan di bawah ini.
1. Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat. Baik dalam jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit ( departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyahatan Lingkungan peemukiman 1981)
2. Wabah adalh kejadian berjangkitnya suatu pentyakit menular dalam  masyarakatyang jumlah penderitanya meningkat secra nyatamelebihi dari pada keaadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Undang-undang Republik Indonesia No. 4 th 1984 tentang wabha penyakit menular)
3. Wabah adalah terdapatnya penderita penyakit tertentu apda suatu daerah , yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa ( benenson 1985)
4. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penyakit perilaku yang berhubungan dengna kesehata atau kejadian lain yang yang berhubungan dengan kesahatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa (last 1981)

  Defenisi pertama menekankan batasann wabah itu pada kecepatan pertambahan kejadian pada penduduk tertentu. Sedangkan tiga defenisi yang lain memberikan penekanan pada kejadian yang lebih banyak dari pad biasanya, pada penduduk tertentu juga. Dari tiga defenisi di atas dapat disimpulkan wabah menyangkut kenaikan jumlah kejadian, kelompok tertentu suatu dan waktu tertentu. Walaupun factor waktu ini tidak jelas disebutkan, namun factor ini tidak dapat tentukan kecepatan peningkatan kejadian, ataupun jumlah kejadian yang lazim.
  Untuk suatu penyakit yang sudah lama mennghilang dari suatu daerah, ditemukannya seorang penderita penyakit tersebut, didaerah itu, sudah dapat disebut wabah. Demikian pula bila ditemukan seorang penderita suatu penyakit yang belum pernah ada di suatu daerah dapat disebut sebagai wabah untuk daerah tersebut.
  Selain kata wabah, sebetulnya ada dua istilah yang di paki untuk menggambarkan penigkatan kejadian penyakit, yaitu letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa ( KLB = unusual event) penggunaan masing-masing istilah tersebut ternyata sangat subyektif ( greg, 1986)
  Diindonesia, pernyataan adannya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Peningkatan penpenderita penyakit yang memenuhi criteria d efenisi wabah diatas, akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit (outbreak) bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditangggulani sendiri oleh pemerintahdaerah atau dinyatakan sebagai suatu kejadian luar biasa ( KLB atau unusual event) bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyaki menular dan Penyehatan Pemukimam Lingkungan (Dit. Jen.P2M PLP) tahun 1981
  Kejadian luar biasa di defenisikan sebagai timbulnya suaatu kejadian kesakitan atau kematian atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara apidemologis pada suatu kelompok penduduk dalam kutun waktu tertentu ( Dit.Jen.P2M PLP)
  Walaupun demikian dalam buku ini kejadian peningkatan penderita penyakit yang memenuhi criteria wabah seperti dinyatakan diatas selanjutnua akan disebut sebagai wabah, tanpa membedakannya menjadi letusan ataupun kejadian luar biasa. Sebab pada dasarnya, semua itu tidak mempunyai perdaan dalam cara penyelidikan.
 
Cara mengangkapkan wabah
Suatu wabah dapat dideteksi dari analisis data surveilans rutin yang dilakukan secara tepat waktu yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah atau terjadi kasus yang mengelompok diluar kebiasaan. Dinas kesehatan, kenaikan jumlah kasus maupun pola kejadian yang menyimpang dari kebiasaan dapat dideteksi dari tabulasi data mingguan berdasarkan waktu dan tempat, atau informasi tentang pemaparan yang di dapat dari formulir laporan. Wabah juga dapat diketahui karena adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang cukup peduli untuk melaporkannya ke dinas kesehatan. Mereka yang terserang dalam wabah itu merupakan sumber lain yang penting dari kejadian penyakit menular maupun tak menular yang mengelompok. Misalnya, seorang melapor bahwa dirinya dan beberapa rekan kerjanya menderita diare setelah makan siang di perusahaan beberapa hari sebelumnya. Dinas kesehatan mempunyai prosedur rutinn untuk menanggani laporan penduduk tentang kemungkina terjadinya suatu wabah.

Alasan menyelidiki kemungkinan wabah
Ada beberapa alasan yang menyebabkan dinas kesehatan menyelidiki kemungkinan wabah. Alas an tersebut meliputi keperluan untuk :
a. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
b. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
c. Pertimbangan program
d. Kepentingan umum, politik dan hokum
Penanggulangan dan Pencegahan
Alasan utama untuk  menyelidikki suatu wabah adalah menanggulani dan mencegah penyakit. Namun strategi penanggulangannya hanya dapat dientukan setelah diketahui proses alamiah yang dicapai wabah tersebut. Apakah kasus bertambah ataukah wabah sudah mulai menyurut? Tujuan tindakan akan berbeda tergantung dari kondisi yang ada. Bila kasus terus bertambah, tindakan yang tepat adalah  mencegah bertambahnya kasus. Oleh karena itu, penyelidikan harus di tujukan untuk menentukan pejalan dan besar wabah serta menentukan populasi yang terancam sehingga dapat dirancang penanggulangan yang tepat.
Sebaliknya, bila wabah tampak mulai menyurut, penyelidikan ditujukan untuk mencegah terjadinyawabah serupa dimasa mendatang. Penyelidikan harus dipusatkan  pada penemuan factor yang meny ebabkan terjadinya wabah sehinggga dapat dirancang upaya pencegahan terjadinya wabah serupadi masa dating.
Pertimbangan antara penanggulangan dan penyelidikan tergantungpada apa yangdiketahui tentang agen penyebab, sumber dan cara penularannya. Bila sangat sedikit yang diketahui , harus diadakn penyelidikan dahulu sebelum dapat menentukan cara penanggulangannyayang tepat. Sebaliknya bila banyak yang sudah diketahui, upaya penaggulangan dean pencegahan dapat dilakukan segera. Keputusan tentang dilaksanakan tidaknya suatu penyelidikan dan sejauh mana akan dilakukan, tergantung dari kondisi wabahnya sendiri : ganas tidaknya penyakit, sumber dan cara penularan dan ada tidaknya cara penanggulang dan pencegahan. Penyelidikan wabah penyakit yang ganas ( penyakit yang mengharuskan perawatan dirumah sakit, sering menimbulkan komplikkasi atau kematian) penting skali dilaksanakan, sedemikin juga penyakit yang mudal menular bila tidak segera dicegah dan membasmi sumbernya.
Kesempatan mengadakan Peneitian
Tujuan lain penyelidikan wabah yang tidak kalah penting adalah untuk menambah pengetahuan. Untuk penyakit yang baru ditemukan, penyelidikan lapangan memberikan kesempatan untuk menentukan riwayat alamiahnya?termasuk agen penyakit, cara penularan, masa inkubasi?dan gambaran klinis pennyakit. Penyelidik juga berusaha mengetahui cirri populasi yang beresiko tertular dan menentukan factor yang meningkatkan resikonya. Informasi tersebut pentinng dalam penyelidikan pennyakityang baru ditemukan, misalnya penyakit AIDS pada tahun 1981 dan penyakit sapi gila pada tahun 1994. Bahkan unttuk penyakit yang tellah dikenlpun adanya wabha memberikan kesempatan untukmendapatkan tambahan pengetahuan misalnya dampak upaya penanggulang dan kegunaan teknikbaru dibidang epidemologi atau laboratorium.
Pelatihan
Penyelidikan suatu wabah membutuhkan kombinasi dari kemampuan diplomasi, pemikiran logis. Kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan analisis kuantitatif. Pengetahuan epidemiologi, dan pertimbangan.kemampuan tersebut akan bertambah dengan bertammbahnya praktek dan pengalaman. Oleh karena itu, tim penyelidik wabah umumnya merupakan gabungan dari ahli epidemiologi yang berpengalaman dengan ahli yang sedang magang. Pemagang akan mendapatkan pelatihan di tempat (on-the-job training) dan bimbingan sementara mereka membantu dalam penyelidikan tersebut.
Kepentingan umum, politik dan hukum
Kepentingan politik dan hokum seringkali mengalahkan segi ilmiah dalam keputusan untuk melaksanakan penyelidikan. Minat masyarakat terhadap kejadian penyakit yang menggerombol dan potensi dampak lingkungan semakin meningkat dan mendorong dinas kesehtan untuk menyelidiki. Penyelidikan yang demikian ini hamper tidak pernah menghasilkan bukti adanya menghubungkan antara penyakit dengan pemaparan yang dicurigai. Walaupun begitu, dinas kesehatan menyadari pentingnya bertindak reponsif terhadap tututan umum, walaupun keinginan tersebut lemah dasar ilmiahnya. Beberpa penyyelidikan dilakukan oleh karena diwajibkan oleh peraturan.
Pertimbangan program
Dinas kesehatan mempunyai berbagai jenis program untuk menganggulngi dan mencegah penyakit seperti diare ataupun penyakit yang dapt dicegah dengan imunisasi. Suatu wabah umumnya menggambarkan kelemahan dalam program. Penyelidikannya mmungkin mengungkapkan populasi yang selama itu tidak terjangkau oleh program, kegagalan strategi yang dipilih, perubahan agen penyakit, atau kejadian yang diluar lingkup program tersebut. Informasi yang didapat akan membantu dalam perbaikan arah dan strategi program dimasa mendatang.
Langkah-langkah investigasi wabah
    Pada tahun 1854 Dr, John Snow seorang ahli anastesi terkenal di London menyimpulkan bahwa wabah cholera di sekitar Brosd street, London. Terjadi akibat pencemaran air minum dengan tinja penderita Cholera. Kesimpulan itu diambil setelah data yang dikumpulkannya menunjukkan bahwa kematian akibat cholera itu menggerombol disekitar airyang diduganya bocor sehinggga airnya tercemar. Sarannya untuk menutup pompa air yang tercemar itu ternyata,dapat menghentikan wabah yang sedang melanda penduduk kota besar itu. Penemuan yang terjadi 30 tahun sebelum ditemukannya Vibrio Cholera, merupakan bukti keberhasilan penyelidikan yang sederhana namun dipikirkan dengan cermat.
Untuk mempercepat penyelidikan dan mendapatkan hasil yang benar, ahli  epidemiologi memandang perlu untuk mengikuti suatu pendekatan sistematik yang disajikan pada table 1. Pendekatan ini memastikan bahwa penyelidikan dilakukan tanpa ada langkah penting yang terlewatkan. Table 1 menyajikan langkah-langkah tersebut dalam urusan konsepsual. Dalam prakteknya, beberapa langkah dapat dikerjakan secara bersamaan, atau urutannya dirubah sesuai kondisi yang ditemukan. Table 1. Langkah-langkah dealam penyelidikan suatu wabah:
1. Persiapan investigasi lapangan
2. Memastikan adanya
3. memastikan diagnosis
       4a. membuat defenisi kasus
       4b. menemukan dan menghitung kasus
5. epidimiollogi diskriptif
6. membuat hipotesis
7. menilai hipotesis (peneitian kohort dan penelitian kasus control)
8. memperbaiki hipotesis dan mengadakn penelitian tambahan
9. melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. menyampaikan hasil penyelidikan
langkah 1: persiapan investigasi dilapangan
siapapun yang akan mengadakan penyelidikan suatu wabah harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum turun ke lapangan. Persiapan dapat dikelompokkandalam tiga kategori: investigasi, administrasi dan konsultasi.
Pertama, dibutuhkan pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat yang dibutuhkan dalam penyelidikan. Perlu diadakan pembahasan situasi yang dihadapi dengan pihak yang paham tentang penyakit, penyelidikan lapangan, dan diadakan telah kepustakaan. Pperlu dikumpulkankepustakaan yang berguna dan contoh kuesioner. Konsultasi dengan staf laboratorium untuk memastikan bahan yang tepat untuk dibawa, secara  pengumpulan, penyimpanan dan teknik dikte. Kamera serta peralatan lain, harus diurus pengirimannya.
Kedua, harus diperhatikan prosedur administrasinya. Didinas kesehatan  diperlukan rencan dan untuk mendapatkan ijin dan pengaturan perjalanan. Urusan pribadi juga harus diselesaikan sebelum bernagkat ke lapangan.
Ketiga, harus diketahui peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan. Siapakah yang diharapkanuntuk memimpin penyelidikan inimenjadi konsultan staf llokal, ataukah hanya membantu dalam penyelidikan? Peran terseebut harus disepakati sebelum turun kelapangan. Harus diketahui pula siapa kontak/mitra kerja kelompok penyelidik ini dilapangan, kapan dan dimana kelompok akan bertemu dengan staf local dan kontak/mitra kerja setiba di lapangan.
Langkah 2: memastikan adanya wabah
Suatu wabah atau wabah adalah terdapatnya lebih banyak kasus penyakit melebihi yang diharapkan terjadi disuatu wilayah, selama waktu tertentu. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui  jumlah yang diharapkan, biasanya dilakukkan denganmembandingka jumlah yang ada saat itu ddengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada peripode watu yyang sama di tahun-taun sebelumnya. Sumber informasi bervariasi tergantung dari situasinya.
* Untuk penyakit yang harus dddilaporkan, bias digunakan catatan hasil suveilans.
* Unttuk penyakit/ kondisi yang lain, ummumnyada data setempat yang etrsedian, catatan keluar dari rumah sakit. Statistic kematian, register dll.
* Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate  dari wilyah didekatnya atau data nasional
* Boleh juga dilaksankan survey dimansyarakat untuk menentukan kondisi oenyakit yang biasanya ada.
Harus diingat bahwa bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan kelebihan ini tidak selalu menunjukkan adanya wabah. Peningkatan ynag demikian itu disebut spedo epidemic contohnya:
1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Tersangka penderita cholera yang dulu dilaporkan sebagai penderita kholerasekarag dilaporkan sebagai penderita diare. Akibatnya jumlah penderita cholera yang dilaporkan menurun dan jumlah penderita diare meningkat.
2. Adanya cara-cara diagnosis baru
Dikembangkannnya cara diagnosis baru mungkin meningkatkan jumlah penderita yang bertambah terdiagnosis dari kelompok dulu yang tidak terdeteksi
3. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Kesadaran penduduk untuk berobat akan mempengaruhi jumlah mereka yang pergi ke fasilitas kesehatan yang tersedia. Sesudah terjadinya wabah terutama yang menimbulkan banyak kematian, umunya merangsang penduduk untuk segera mencari pngobatabterutama bila menderita penyakit yang sama atau serupa dengan pennyakit yang menyebabkan wabah tersebut. Sesudah terjadi wabah kolera, akan diapatkan lebih banyak penderita diare yang berobat baik ke puskesmas maupun kerumah sakit. Demikin juga sesudah wabah demam berdarah yang mengambil korban jiwa, dapat dipastikan akan lebih banyak didapatkan penderita sakit panas yang dating berobat.
4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Beberapa penyakit memounyai gejala yang sangat mirip satu dengan yang lain, sehinggga sukar untuk dapat dibedakan tanpa bantuan pemeriksaan yang canggih. Misalnya campak (morbilli) dengan rubella. Tanpa bantuan pemeriksaan serologis, petugas kesehatan mungkin akan mencampurkan penderita kedua jenis penyakit tersebut sehingga mengakibatkan meningkatnya laporan penderita campak.
5. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
Diwilayah yang populasinya dapat berubah mendadak, misalnya daerah wisata, daerah transmigrasi, atau kota universitas. Peningkatan kejjadian penyakit mungkin merupakan cerminan bertambahnya penduduk. Kecendrungan penyakit campak di perkotaan yang meningkat setiap dua tahun sekali

   Langkah 3 : Memastikan Diagnosis
Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian terjadinya wabah. Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah diagnosis secara layak, (2) untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang dapat menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
Dalam memastikan diagnosis harus ditelaah temuan klinis dan hasil laboratorium. Semua temuan klinis harus disajikan dalam distribusi frekuensi. Yang penting untuk mengambarkan spectrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan defenisi kasus

Langkah 4a : Membuat defenisis kasus
Tugas selanjutnya adalah membuat defenisi kasus yang merupakan seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus diklasifikasikan sakit atau tidak. Defenisis kasus meliputi criteria klinis dan didalam penyelidikan wabah umumnya dibatasi oleh waktu, tempat dan orang.
Kriteria klinis yang dipilih adalah tanda yang sederhana dan objektif seperti : panas > 38 C, atau air lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk, pilek, bercak dikulit dll.
Idealnya, Defenisi kasus tersebut harus mencakup seluruh atau sebagian besar penderita, dan hanya sedikit kasus False-posistif (orang yang sesungguhnya tidak sakit tetapi memenuhi defenisi kasus). Penyidik sering membagi kasus menjadi kasus pasti (Defenite), kasus mungkin (Probable) dan kasus meragukan (possible)
Langkah 4b : Menemukan dan Menghitung Kasus
Banyak kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dan tidak mewakili kasus yang sesungguhnya ada. Penyidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan kasus yang ada. Mereka harus kreatif, agresif dan rajin mencari sumber tersebut. . Kadang2 kausus harus dicari pada fasilitas kesehatan yang mampu menegakkan diagnosis. Praktek Dokter, Klinik, RS, dan Laboratorium.
Bila wabah hanya menyerang populasi terbatas, misalnya penumpang kapal pesiar, sekolah, tempat kerja, dan sebagian besar diperkirakan tidak terdiagnosis, dapat dilakukan survey pada seluruh populasi.
Untuk setiap penyakit yang diselidiki, informasi berikut ini harus dikumpulkan dari setiap kasus:
1. Data Identitas : nama, alamat, nomor telepon, yang memungkinkan untuk menghubungi penderita guna mendapatkan informasi tambahan dan memberitahukan hasil pemeriksaan laboratorium. Alamat penderita juga digunakan untuk memetakan wilayah yang terserang.
2. Data Demografi : Umur, Sex, Ras, Pekerjaan yang memberikan cirri orang dari populasi yang beresiko
3. Data Klinis : Memungkinkan penilaian terhadap kesesuaian kasus dengan defenisi kasus yang ditetapkan. Waktu timbulnya gejala pertama memungkinkan pola kejadian informasi klinis tambahan yang membantu mengambarkan spectrum penyakit.
4. Informasi Faktor Resiko: Harus dibuat khusus untuk setiap penyakit, misalnya dalam penyelidikan penyakit Hepatitis A, harus dipastikan sumer air dan makanan yang dikonsumsi penderita
5. Informasi Pelapor : Memungkinkan untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik tentang hasil penyelidikan.

Langkah 5 : Epidemiologi Deskriptif
Setelah data terkumpul, wabah dapat digambarkan berdasarkan variable Orang, Tempat, dan Waktu. Pengambaran Suatu wabah berdasarkan ketiga variable tersebut disebut Epidemiologi Deskriptif. Sebaiknya Epidemiologi Deskriptif ini dilakukan sedini mungkin dalam penyelidikan dan memperbaharuinya setiap kali ada tambahan data. Untuk mempercepat pelaksanaan penyelidikan, kesalahan dan petunjuk harus ditemukan sedini mungkin.

Langkah 6: Membuat Hipotesis
Langkah konsepsual berikutnya adalah memfolrmulasikan hipotesis, yang tersebut harus mencakup sumber agen penyakit, cara penularan (dan alat penularan atau vekltor), dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.
Hipotesis dapat dikembangkan dengan berbagai cara
1. Mempertimbangkan berbagai pemberitahuan tentang penyakit yang diamati: Apa reservoir utama agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan apa yang biasa menjadi alat penularannya? Apa saja factor yang meningkatkan resiko tertular
2. Wawancara dengan beberapa penderita. Pembicaraan menyangkut kemungkinan pemaparan hendaknya terbuka dan meluas.
3. Dalam penyelidikan yang sulit yang tidak banyak menghasilkan petunjuk, penyelidik mengumpulakn beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan.
4. Penyelidik kadang kala mengunjungi rumah penderita untuk menemukan petunjuk.
5. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat. Petugas tahu tentang kondisi masyarakat disini serta kebiasaannya dan sering mempunyai hipotesa berdasarkan pengetahuannya.
6. Epidemiologi Deskriptif seringkali menghasilkan hipotesa
Langkah 7 : Menilai Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan slah satu dari dua metode berikut : (1) Membandingkan hipotesis dengan Fakta yang ada, atau (2) Analisis Epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidikan peran kebetulan.
Cara pertama boleh digunakan bila bukti klinis, laboratories, pemaparan dan atau epidemiologi jelas menunjang hipotesis, maka tidak perlu diuji secara formal.
Dalam Beberapa keadaan, kejadian tidak sedemikian jelasnya sehingga dibutuhkan analisis Epidemiologi analitik untuk menguji hipotesis. Kunci dari Epidemiologi analitik adalah adanya kelompok pembanding. Dengan adanya kelompok pembanding dapat diukur besarnya hubungan antara pemaparan dan penyakit, dan diuji hipotesis tentang hubungan sebab dan akibat. Analisis cermat terhadap sekelompok kasus saja tidak cukup untuk uji hubungan sebab-akibat ini, kelompok pembanding merupakan suatu keharusan. Kelompok pembanding dibutuhkan dalam penelitian Kohort dan Kasus Kontrol.
Langkah 8 : Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan
Sayangnya penelitian analsisis ini seringkali tidak berhasil mengungkapkan penyebab kejadian. Hal ini terjadi apabila hipotesis yang dikembangkan dari semula tidak mempunyai dasar yang kuat. Bila Epidemiologi analitik tidak mengungkap apapun, maka hipotesis yang telah disusun harus dipertimbangkan kembali. Inilah waktu yang tepat untuk mengumpulkan beberapa penderita untuk menemukan kesamaan dan mengunjungi meraka untuk mencari petunjuk dirumah mereka.
Akhirnya , ingat bahwa salah satu alas an dari mengadakan penyelidikan wabah adalah penelitian
Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan pencegahan
Hampir semua penyelidikan suatu wabah, tujuan utama adalah pengendalian dan pencegahan. Walaupun pengendalian ini dibahas sebagai langkah ke-9, pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. Namun upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui. Pada umumnya upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit.
Upaya pengendalian dapat diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. Misalnya suatu wabah dapat diatas dengan membuang makanan yang tercemar, mensterilkan air yang tercemar, atau menghilangkan tempat perindukan nyamuk, atau meliburkan tukang masak yang terinfeksi dan mengobatinya.
Akhirnya pada beberapa wabah, upaya pengendalian diarahkan pada meningkatkan ketahanan pejamu. Contohnya adalah imunisasi terhadap rubella dan penggunaan kemoproifilaksis terhadap malaria.
Langkah 10: Menyampaikan Hasil Penyelidikan
Tugas akhir suatu penyelidikan adalah menyampaikan hasil penyelidikan yang dapat dilakukan dengan dua cara : (1) Laporan lisan pada pejabat setempat, dan (2) Laporan tertulis.
Laporan ini merupakan kesempatan untuk menyampaikan apa yang sudah dikerjakan, hasil yang ditemukan, dan pendapat tentang apa yang seharusnya dikerjakan. Penyampaian hasil penyelidikan harus dilakukan secara ilmiah dan kesimpulan serta saran yang dianjurkan harus dapat dipertahankan secara ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar